Pernah nggak, kamu cuma mau tidur tapi malah otak sibuk muter-muter mikirin hal yang belum tentu terjadi? Atau kamu udah bilang “iya” di sebuah situasi, tapi di rumah malah mikir, “Kenapa tadi aku jawab gitu, ya?” Kalau kamu relate, selamat datang di klub overthinker.
Overthinking alias kebiasaan berpikir berlebihan sering banget dialami perempuan. Entah karena kita ingin segala hal berjalan sempurna, atau karena terlalu banyak memikirkan perasaan orang lain. Padahal, pikiran yang terlalu sibuk bisa bikin kita capek sendiri—secara mental maupun fisik.
Tapi kabar baiknya: pikiran yang tenang itu bisa dilatih.
Kenapa Kita Sering Overthinking?
-
Terlalu ingin menyenangkan semua orang
Kita ingin dianggap baik, sopan, bijak. Tapi kadang, itu membuat kita memikirkan terlalu banyak kemungkinan sebelum bertindak. -
Takut bikin kesalahan
Takut salah jadi alasan kita menganalisis setiap langkah secara berlebihan. Akhirnya, malah gak bergerak sama sekali. -
Kebiasaan multitasking pikiran
Tubuh diam, tapi pikiran terus kerja. Kita memikirkan apa yang sudah, sedang, dan akan terjadi—semuanya dalam satu waktu.
Tanda-Tanda Kamu Perlu Istirahat dari Overthinking
-
Sulit tidur karena pikiran gak berhenti bekerja
-
Terus memikirkan ulang percakapan yang sudah lewat
-
Sering merasa cemas atau kurang percaya diri
-
Merasa lelah padahal tidak melakukan aktivitas fisik berat
Kalau kamu mengalami beberapa tanda di atas, tandanya kamu perlu latihan mental untuk menenangkan pikiranmu.
Latih Pikiran agar Lebih Tenang
-
Tulis, jangan simpan sendiri
Coba journaling sebelum tidur. Tulis semua hal yang membuatmu cemas atau bingung. Kadang, melihat pikiran di atas kertas bisa bikin kita lebih jernih menilainya. -
Latih pernapasan sadar
Ambil waktu 5 menit untuk tarik napas dalam, buang perlahan. Ulangi. Fokus pada napas bisa menenangkan sistem saraf yang tegang. -
Batasi screen time
Pikiran bisa makin kacau kalau terlalu banyak konsumsi informasi dari media sosial. Batasi waktu dan pilih konten yang menenangkan, bukan memicu stres. -
Tanya balik ke diri sendiri: “Apa hal terburuk yang bisa terjadi?”
Kadang, pikiran kita membesar-besarkan sesuatu. Dengan menantangnya secara rasional, kamu bisa menurunkan level kecemasanmu. -
Belajar menerima bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan
Kedamaian datang saat kita berhenti mencoba mengontrol segalanya. Fokus pada apa yang bisa kamu lakukan hari ini, bukan semua kemungkinan yang belum tentu terjadi.
Pikiran yang tenang bukan tanda kamu lemah, tapi tanda kamu bijak memilih fokusmu. Kamu nggak perlu tahu semua jawaban sekarang, dan kamu nggak harus menyenangkan semua orang.
Mulailah dari satu langkah kecil hari ini: kasih ruang bagi dirimu untuk bernapas, berhenti sejenak, dan menyadari bahwa kamu berhak merasa damai.