Kasus Laura Meizani Nasseru Asry atau yang akrab disapa Lolly kini tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen. Karena diduga anak dari Nikita Mirzani itu hamil dan menjalani prosedur aborsi. Namun, mengapa aborsi banyak dilarang di berbagai negara?
Aborsi dilarang di banyak negara maupun kelompok masyarakat tentunya karena berbagai alasan yang berkaitan dengan moral, etika, hukum, agama, dan kesehatan.
Prosedur aborsi dinilai banyak menyalahi beragam aspek dalam hidup. Maka dari itu, banyak yang menentang. Namun, tidak sedikit juga yang mendukung prosedur tersebut.
Jadi, apa saja alasan utama banyaknya penentangan aborsi?
Baca juga: Monkeypox Merajalela, Segera Cegah dengan Lakukan 6 Hal Ini!
Nilai Moral dan Etika
Banyak yang percaya bahwa kehidupan manusia dimulai sejak konsepsi, sehingga aborsi dianggap sebagai tindakan yang mengakhiri kehidupan manusia yang belum lahir.
Tentunya ini menimbukan pertanyaan etis tentang hak untuk hidup. Banyak yang berpendapat bahwa janin memiliki hak untuk hidup sama seperti individu lainnya. Sehingga aborsi dianggap melanggar hak dasar ini.
Agama dan Keyakinan
Banyak agama yang menilai bahwa aborsi merupakan tindakan dosa karena disetarakan dengan pembunuhan. Beberapa agama yang melarang tindakan aborsi antara lain, Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu.
Selain itu, banyak keyakinan juga menganggap bahwa kehidupan merupakan karunia dari tuhan. Sehingga dengan mengakhiri kehidupan janin dipandang melawan kehendak tuhan.
Mayoritas, ajaran agama sering menekankan pentingnya melindungi kehidupan manusia dalam segala tahap, termasuk saat dalam kandungan.
Aspek Hukum
Di beberapa negara, janin diakui secara hukum sebagai entitas yang memiliki hak. Hukum ini bisa berasal dari konstitusi, peraturan perundang-undangan, atau putusan pengadilan yang melindungi kehidupan.
Aborsi bisa dianggap berpotensi disalahgunakan untuk alasan yang tidak etis atau tidak bertanggung jawab, seperti memilih jenis kelamin anak, atau digunakan untuk menghindari tanggung jawab.
Aspek Sosial
Apabila dilegalkannya aborsi, dikhawatirkan dapat menurunkan penghargaan terhadap nilai kehidupan, terutama jika dilakukan dengan alasan yang dianggap tidak mendesak atau tidak etis.
Aspek Kesehatan dan Psikologis
Selanjutnya, dari aspek psikologis, terdapat sejumlah studi yang menunjukkan bahwa aborsi bisa menimbulkan dampak psikologis yang negatif, seperti rasa bersalah, depresi, atau trauma emosional.
Terutama, jika keputusan melakukan prosedur aborsi diambil dalam kondisi emosional atau tekanan sosial.
Selain itu, prosedur aborsi juga memiliki beberapa risiko komplikasi kesehatan, seperti infeksi, pendarahan, atau kerusakan pada organ reproduksi.
Pandangan Filosofis Hak dan Kewajiban
Salah satu perdebatan etis utama mengenai aborsi adalah keseimbangan antara hak ibu untuk memilih dan hak janin untuk hidup.
Bagi yang menentang aborsi berpendapat bahwa hak janin untuk hidup harus didahulukan daripada hak ibu untuk memilih.
Selanjutnya, banyak pula yang berpendapat bahwa setiap orang memiliki kewajiban moral untuk melindungi kehidupan yang tidak berdaya, seperti janin.
Baca juga: Gempa Megathrust ‘Hantui’ Indonesia, Siapkan Tas Darurat Sebelum Terlambat!
Jadi, itulah beberapa penyebab dilarangnya melakukan prosedur aborsi. Karena berkaitan dengan nilai kehidupan, kepercayaan agama, etika, dan hukum.
Bagi sebagian besar yang menentang, aborsi berarti melakukan penghentian kehidupan yang selama ini dianggap berharga.
Namun, polemik mengenai aborsi ini termasuk isu yang sangat kompleks, karena melibatkan hak asasi, kesehatan ibu, sampai dengan kondisi sosial-ekonomi.
Images: Dok. Freepik.